terkadang hidup ini terasa bahagia
ketika bertemu dengan seseorang yang tak lagi mengekang kita
menjadi apa adanya
mengajarkan untuk bermimpi lagi
tapi di sisi lain lantas bertanya?
sebagai apakah?
kala itu aku tau
kau menganggapku lebih dari itu
mungkin kau berfikir aku lebih baik
tak pantas denganmu
kau pernah mengatakannya
cinta tak seharusnya menggunakan logika
biar hati yang bicara
mendadak kau seperti orang lain
denganku tak seakrab dulu
aku tau
bagimu, aku hanya pengganggu mimpimu
atau mungkin ada sebuah makna dari kepergianmu?
memintaku untuk menunggu?
dibatas waktu yang tak tentu
ataukah semua ini hanya candamu?
ini yang aku benci dari pertemuan
ketika muncul harapan
justru kau sendiri yang menghancurkan
sengajakah menjatuhkan?
dan kini aku bisa apa?
melanjutkan hidupku dan kembali membangun mimpi tanpamu
bersikap biasa saja seolah-olah tak pernah terjadi apa-apa diantara kita
akan kulakukan demi kebaikan dan atas nama keikhlasan
melepaskan
bisa saja menyakitkan
tapi amat membahagiakan ketika kamu menerimanya
ketika kamu tau ada sebuah makna di dalamnya
masih terbesit dalam ingatanku
malam itu
kau pernah berkata
Jika kau menjadi istri seorang negarawan, siaplah hidup sengsara. karena dia bukan sekedar politisi yang gemerlap dengan duniawi, dia mengabdi untuk negeri yang ia cintai
suatu ketidakmungkinan yang selalu aku semogakan
suatu hari nanti jika kau membacanya, aku harap kau semakin mengerti
menjauhiku bukan caramu dan bukan keinginanmu
tapi sebuah ego dari prinsip hidupmu (M.ASN)
Lasem, 5 Okt 2014 11:23
VN
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar